5 research outputs found

    HUBUNGAN PEMBERIAN PENGUATAN (REINFORCEMENT) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISIWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 2 BANYUWANGI

    Get PDF
    Pada masa remaja seorang mengalami berbagai permasalahan, salah satunya kurangnya  kemampuan  dalam mengendalikan diri,  maka  perilaku  negatif  bisa muncul pada masa remaja. Perilaku negatif tersebut adalah perilaku agresi, munculnya perilaku agresi bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya kurangnya kontrol diri yang dimiliki. Adapun yang menjadi Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan   Pemberian Penguatan (Reinforcement)   terhadap Motivasi Belajar Pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banyuwangi Tahun Pelajaran 2017/2018? Adakah hubungan Pemberian Penguatan Positif (Positive Reinforcement) Pada  siswa  kelas  VIII  SMP  Negeri  2  Banyuwangi  Tahun  Pelajaran 2017/2018?, Adakah hubungan Pemberian Penguatan Negatif (Negative Reinforcement)  terhadap  Motivasi  Belajar  pada  siswa  SMP  Negeri  2 Banyuwangi Tahun Pelajaran 2017/2018? Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode analisa data statistik dengan rumus Product Moment dan obyek yang di teliti adalah seluruh siswa kelas VIII sejumlah 311  siswa, sedangkan penentuan sampel penelitian menggunakan teknik Proporsional Random sampling. Sehingga ditentukan responden   dalam   penelitian   ini   adalah   siswa  kelas VIII SMP Negeri 2 Banyuwangi yang diperoleh dari tabel  didapatkan sebanyak sampel 60 siswa. Sedangkan  pengumpulan  data  yang  dilakukan  dengan  menggunakan  beberapa metode yaitu metode angket, dokumenter, dan metode interview. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa  “Ada  Hubungan  Pemberian  Penguatan  (reinforcement) dengan Motivasi Belajar Pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banyuwangi Tahun Pelajaran  2017/2018  sebesar 0,964  dengan  r  tabel  5% sebesar 0,254  dan 1% sebesar 0,330. &nbsp

    The scale of population structure in Arabidopsis thaliana

    Get PDF
    The population structure of an organism reflects its evolutionary history and influences its evolutionary trajectory. It constrains the combination of genetic diversity and reveals patterns of past gene flow. Understanding it is a prerequisite for detecting genomic regions under selection, predicting the effect of population disturbances, or modeling gene flow. This paper examines the detailed global population structure of Arabidopsis thaliana. Using a set of 5,707 plants collected from around the globe and genotyped at 149 SNPs, we show that while A. thaliana as a species self-fertilizes 97% of the time, there is considerable variation among local groups. This level of outcrossing greatly limits observed heterozygosity but is sufficient to generate considerable local haplotypic diversity. We also find that in its native Eurasian range A. thaliana exhibits continuous isolation by distance at every geographic scale without natural breaks corresponding to classical notions of populations. By contrast, in North America, where it exists as an exotic species, A. thaliana exhibits little or no population structure at a continental scale but local isolation by distance that extends hundreds of km. This suggests a pattern for the development of isolation by distance that can establish itself shortly after an organism fills a new habitat range. It also raises questions about the general applicability of many standard population genetics models. Any model based on discrete clusters of interchangeable individuals will be an uneasy fit to organisms like A. thaliana which exhibit continuous isolation by distance on many scales

    Aplikasi Konsep Makna Penjor Pada Desain Interior Cafe Bamboo Di Sanur, Bali

    No full text
    Café Bamboo adalah sebuah café didaerah Sanur yang diangkat sebagai kasus karena pada café belum memiliki konsep yang jelas sehingga desain interior pada Café Bamboo tidak mencerminkan nama café. Kekurangan pada café tersebut menyebabkan munculnya keinginan untuk mendesain interior café yang memiliki ciri khas dan dapat menunjang aktivitas pada café, yaitu dengan memilih konsep makna penjor sebagai acuan dalam mendesain. Makna dari penjor tersebut akan diterapkan kedalam unsur-unsur desain interior pada Café Bamboo. Metode yang digunakan dalam proses desain interior Café Bamboo adalah dengan dua metode yaitu metode glass box, digunakan dalam proses program ruang desain interior Café Bamboo dan metode black box yang diterapkan pada tahap penjabaran konsep ke dalam unsur interior. Perancangan interior café dengan konsep makna penjor bernuansa estetik modern dapat menjadi pengalaman unik dan sensasi baru terhadap sebuah tempat yang dapat dirasakan oleh pengunjung. Penjor memiliki berbagai makna dan unsur kelengkapan yang dapat diimplementasikan ke dalam unsur desain interior, mulai dari fungsi, bentuk, material, warna dan sebagainya. Mengaplikasikan konsep makna penjor untuk memperkuat citra dari Café Bamboo itu sendiri, selain untuk melestarikan budaya Bali, juga untuk menciptakan desain yang berkarakter Bali diharapkan mampu menjadi daya tarik dan dapat meningkatkan keuntungan bisnis pada Café Bamboo. Kata Kunci: Café, Konsep, Desain Interior, Modern, Makna Penjo

    The scale of population structure in Arabidopsis thaliana. Plos Genetics 6. permutations of the original data resulted in a genome wide 95% LOD threshold of ,2.6 for both quantified trait. Markers, used as cofactors, were chosen by backward selection. For

    No full text
    The population structure of an organism reflects its evolutionary history and influences its evolutionary trajectory. It constrains the combination of genetic diversity and reveals patterns of past gene flow. Understanding it is a prerequisite for detecting genomic regions under selection, predicting the effect of population disturbances, or modeling gene flow. This paper examines the detailed global population structure of Arabidopsis thaliana. Using a set of 5,707 plants collected from around the globe and genotyped at 149 SNPs, we show that while A. thaliana as a species self-fertilizes 97 % of the time, there is considerable variation among local groups. This level of outcrossing greatly limits observed heterozygosity but i
    corecore